INFOKUMKM.COM – Ratusan nahdliyyin Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur menggelar Musyawarah Warga (Musra) Nahdlatul Ulama (NU) menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Peserta musra NU Mojokerto sepakat untuk mendukung Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai calon presiden (capres).
“Alhamdulillah, kegiatan hari ini berjalan dengan sukses.” kata Cholish dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Minggu, 4 Juni 2023.
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Skema Blended Finance DBS Indonesia Targetkan UMKM Sosial Tak Lagi Tertinggal
Pemerintah Indonesia Ambil Langkah Besar Soal Importasi BBM, Keluar dari Bayang-Bayang Singapura

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Hampir 300 peserta musyawarah hadir dan kita sepakat mendukung Gus Muhaimin untuk running pada Pilpres 2024,” imbuhnya, Musra digelar di Kampus STITNU Al Hikmah Trowulan Mojokerto, Minggu 4 Juni 2023.
Lebih lanjut, Ketua Presidium Musra NU Mojokerto Ahmad Zamroni Umar mengatakan musyawarah tersebut dilandasi oleh situasi dan kondisi tantangan NU yang semakin besar menjelang tahun politik.
Baca artikel menarik lainnya, di sini: PAN Ungkap Alasan Dukung Menteri BUMN Erick Thohir Jadi Calon Wakil Wakil Presiden di Pilpres 2024
Baca Juga:
Diplomasi Ekonomi Indonesia – Australia, Evaluasi 5 Tahunan CEPA dan Isu Mineral Kritis
Indonesia Bukan Sebagai Kelinci Percobaan Vaksin TBC, Ini Pemegasan Menkes Budi Gunadi Sadikin
Ahmad Zamroni Umar, mengakui bahwa NU secara organisasi tidak boleh berpolitik.
Akan tetapi, kata dia, warga NU harus memilih pemimpin yang mampu menjawab persoalan masyarakat.
“Betul bahwa secara organisasi, NU tidak boleh berpolitik” kata Ketua Presidium Musra NU Mojokerto Ahmad Zamroni Umar (sering dipanggil Gus Zam).
“Namun, warga NU sebagai mayoritas penduduk Muslim Indonesia harus memilih pemimpin nasional yang bisa menjawab persoalan-persoalan kemasyarakatan,” kata Gus Zam.
Baca Juga:
KESDM Wajibkan 7 Perusahaan Lakukan Hilirisasi, Termasuk PT Adaro Indonesia dan PT Kaltim Prima Coal
Gus Zam memberi gambaran bahwa salah satu persoalan yang dihadapi warga NU adalah kemiskinan.
Dia menyebut mayoritas warga NU tinggal di daerah pedesaan yang merupakan kantong-kantong kemiskinan.
“Taruhlah penduduk yang di bawah garis kemiskinan ada 20 persen, itu sudah setara 50 juta penduduk. Dan mereka semua adalah saudara-saudara kita warga NU.”
“Jadi, mari kita titipkan aspirasi ini pada calon pemimpin yang benar-benar mengerti kondisi warga NU,” ujarnya.
Beberapa kiai khos turut memberikan pandangan dalam sesi dialog K.H. Masrihan Asy’ari berpandangan bahwa kepemimpinan nasional harus kombinasi antara nasionalis dan religius.
“Syekh Subakir itu baru berhasil berdakwah di pulau Jawa saat menggandeng orang abangan, maka perpolitikan Indonesia itu dari dulu bisa kondusif jika ada perpaduan antara merah dan putih”.
“Merah adalah tokoh-tokoh nasionalis dan putih adalah tokoh yang berlatar belakang agama,” kata K.H. Masrihan.
Senada dengan K.H. Masrihan, para kiai yang lain setuju akan hal tersebut. Di penghujung dialog, K.H. Muhajir, salah satu dai kondang, juga turut memberikan suara.
“Dari tadi para kiai kok pakai bahasa kinayah (samar) terus. Saya pikir warga NU di sini jelas sepemikiran bahwa Gus Muhaimin layak mendapatkan dukungan,” kata dia.***

































